Dalam Kitab “Al-Wabil ash-Shayyib”,Imam Ibnu Qayyim
al-Jauziyyah menyatakan bahwa seorang hamba tidak akan terlepas dari tiga
keadaan saat menjalani roda kehidupan di dunia ini; memperoleh nikmat,
mendapatkan musibah dan terjatuh pada dosa. Dalam buletin singkat ini kita akan membahassnya satu demi satu. Semoga
dengan itu bisa menambah ilmu bagi kita sehigga kita semakin dekat dengan Allah
SWT.
11.. Mendapat Nikmat
Tidak ada
seorangpun yang lepas dari nikmat Allah SWT, suatu hal yang tentunya menunut
adanya rasa syukur dari kita kepada Dzat yang telah memberikannya. Allah SWT
berfirman :
“Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan;
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada
kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-ku
sangat pedih.” (Ibrahim:7)
Bersyukur adalah dengan menyakini bahwa semua nikmat
itu semata-mata dattang dari Allah, bukan dari selain-Nya. Kemudian senantiasa
menyebut-nyebut nikmat tersebut dalam rangka bersyukur, bukan pamer. Dan yang
tidak kalah penting, memanfaatkan nikmat tersebut untuk hal-hal yang
mendatangkan ridha Allah SWT.
Kita masih ingat
penjelasan Nabi Muhamad SAW ketika menyebutkan bahwa dunia ini untuk empat
golongan manusia. Salah satunya dan inilah golongan yang terbaik, adalah hamba
yang dikaruniai ilmu dan harta. Lalu dia mengamalkan ilmunya dan bersyukur atas
kekayaannya dengan memanfaatkannya untuk hal-hal yang dicintai dan diridhai
oleh Allah SWT seperti silahrutahmi dan sebagainya. Beliau bersabda :
“Sesungguhnya dunia ini untuk empat golongan manusia;
(Pertama) hamba yang Allah anugerahkan kepadanya harta dan ilmu, kemudian ia
gunakan untuk bertakwa kepada Rabbnya, menyabung tali silaturahim dan menyadari
akan hak-hak Allah terkait harta dan ilmunya tersebut. Maka golongan inilah
adalah yang paling baik keadaannya.” (HR. At-Tirmidzi
dari sahabat Abu Kabsyah Al-Anmari)
Barangsiapa yang berusaha melakukan tiga
bentuk syukur ini, menyakini bahwa nikmat tersebut karunia dari Allah SWT
semata, menyebut-nyebutnya dalam rangka bersyukur, bukan karena sombonga dan
memanfaatkannya untuk ketaatan kepada Sang Pemberi Nikmat, maka sungguh dia
telah berupaya untuk bersyukur kepada Allah SWT meskipun terkadang tidak
sempurna dalam menjalaninya.
22..
Mendapat Musibah
Musibah dan ujian
senantiasa mengiringi kehidupan seorang hamba. Sikap sabar menjadi obat yang
mujarab dalam menghadapinya. Disamping itu pula, berharap pahala dari musibah
yang menimpa dirinya sangat perlu untuk dilakukan. Dalam salah satu hadist
Nabi, bersabda :
“Tidaklah seorang muslim ditimpa kelelahan, sakit,
kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai duri yang mengenai dirinya,
kecuali dengan sebab itu Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (HR. Al-Bukhari dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri dan
Abu Hurairah)
Sikap sabar itu
direalisasikan dengan bentuk menahan diri dari rasa tidak ridha terhadap musibah
yang telah ditakdirkan. Lalu menjaga lisan untuk tidak mengeluh dan kemudian
diiringi dengan menahan anggota badan dari perbuatan nista seperti memukul-ukul
wajah, merobek baju atau yang semisalnya.
Jika tiga hal ini
dilakukan seorang hamba maka sungguh dia telah berusaha untuk bersabar dengan
sebenar-benarnya.
Ketahilah bahwa
tidaklah Allah SWT memberikan musibah kepada seseorang untuk menyengsarakannya.
Akan tetapi, dengan musibah tersebut Allah SWT hendak menguji tingkat kesabaran
dan penghambaanya kepada Allah SWT dalam keadaan tidak menyenangkan karena
ditimpa musibah.
Sebab, mayoritas hamba, ia bertakwa dan
menghambakan diri kepada Allah SWT di saat yang menyenangkan dan lapang. Namun
di kondisi sulit, tidak sedikit yang lalai. Dengan adanya musiban, akan
terbedakan kedudukan atara hamba yang satu dengan yang lain di sisi Allah SWT.
3.3.
Taktala Jatuh dalam Dosa
Iblis dan bala
tentaranya menggoda seorang hamba dari berbagai pintu; melalui pintu lalai,
hawa nafsu dan amarah. Meskipun hammba tersebut berusaha untuk menghadang,
namun tetap saja kelalaian, hawa nafsu dan amarah kerap terjadi. Nabi Adam AS
salah satu mahluk terbaik, tidak lepas dari godaan iblis.
Saat taerjatuh ke
dalam dosa, seorang hammba dihantui rasa bersalah. Ia merasa kehancuran ada di
depannya. Padahal disadari atau tidak, sesungguhnya dibalik peristiwa itu
terkandung rahmat dan ampunan Allah SWT.
Jika Allah SWT
menghendaki kebaikan pada hamba yang terjatuh pada dosa, maka pintu taubat akan
dibukakan untuknya. Ia dimudahkan untuk melakukan amalan-amalan kebajikan.
Oleh karenanya,
seorang hamba yang tergelincir dalam dosa, siapapun dia, hendaknya segera
kembali dan bertaubat kepada-Nya. Allah SWT menyebutkan salah satu sifat
orang-orang bertakwa:
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan
perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kehinya itu,
sedang mereka mengetahui.” (Ali Imran:135)
Adakalanya sebuah dosa dapat menghantarkan pelakunya ke
dalam surga. Sebaliknya adakalanya sebuah kebaikan jusru memasukkan pelakunya
ke dalam neraka. Bagaimana hal itu bisa terjadi ?
Orang yang
terjatuh ke dalam dosa tapi masuk surga, hal itu karena pelakunya senantiasa
dihantui rasa takut, memyesal, dan penuh rasa malu kepada Rabbnya. Sehingga
dosa yang ia lakukan ternyata membawa manfaat. Dosanya mengantarkannya epada
rasa taku dan penyesalan serta taubat. Lalu, ia iringi dengan berbagai amal
kebaikan dan ketaatan.
Adapun yang
melakukan kebaikan tapi justru masuk neraka, hal itu karena pelakunya tertipu
dengan kebaikan yang telah dia lakukan. Sehingga ia sombong dan berbangga diri
dengan kebaikannya.
Jika Allah SWT menginginkan kebaikan pada
jenis kedua ini, maka Allah akan menunjukinya kepada sesuatu yang dapat
menjadikan dirinya bersikap rendah hati. Namun jika sebaliknya, maka Allah SWT
akan membiarkannya bersikap sombong. Sungguh, ini adalah penelantaran yang berujung
pada kebinasaan.
44.. Kunci Kebahagiaan
Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan pertolongan kepada kita, menjadikan hidup ini penuh
berkah di manapun kita berada. Berharap pula agar Allah SWT memberikan taufik
kepada kita untuk menjadi orang yang bersyukur ketika mendapat nikmat, bersabar
ketika tertimpa musibah dan bertaubat saat terjatuh ke dalam kesalahan.
Sungguh, sikap
syukur, sabar, dan taubat merupakan kunci dan tanda kebahagiaan seseorang di
dunia dan akirat. Dikatakan sebagai kunci kebahagian karena seseorang yang
menjalani hidupnya dengan tiga hal ini akan menjadi insan yang rendah hati,
tunduk dan merasa butuh kepada Allah SWT.
Disamping itu pula
akan lahir sikap dan keyakinan bahwa Dialah satu-satunya tempat kembali dan
satu-satunya Dzat yang berhak untuk dipersembahkan kepada-Nya seluruh amalan
ibadah.
Jika keadaanya
demikian, maka tidak ada yang akan diraih selain kebahagiaan dan kesuksesan
hidup baik di dunia, terlebih di akhirat kelak.
Allahu a’lam bishshawab. Semoga bermanfaat. Aamin....
Penulis : Ustadz Abdullah Imam
Sumber : Al Ilmu Edisi 16 Tahun 2018
Website : http://buletin-alilmu.net
0 Please Share a Your Opinion.: